Isra' dan Mikraj Untuk Memperkuat Akidah Bagi Seorang Muslim Tentang Maha Kuasanya Allah Oleh H. Jamaril, Tk. Mudo, S.Ag.M.Pd
Kata Isra’ mengandung makna peristiwa ketika Allah swt memperjalankan Rasulullah dari Masjidil Haram, Makkah, menuju Masjidil Aqsha di Palestina. Sedangkan yang dimaksud dengan Mi’raj adalah peristiwa dinaikkannya Rasulullah melintasi lapisan-lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau pengetahuan malaikat, manusia, maupun jin. Dua peristiwa tersebut, terjadi dalam sepertiga malam.
Pertiwa Israk Mikraj ini telah tertuang pada QS: Al- Isra' : 1
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya: Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat (QS Al-Isra’ [17]: 1).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj itu adalah Allah hendak untuk memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada Nabi Muhammad saw. Hal itu dijelaskan oleh Syekh at-Thanthawi dalam kitab tafsirnya, Tafsir al-Wasith lil Qur’anil Karim, halaman 259, untuk menunjukkan betapa mulianya Nabi Muhammad di sisi Tuhannya, sekaligus untuk menambah keyakinannya dalam menyampaikan risalah dan amanahnya.
Setidaknya ada 8 hikmah di balik peristiwa Isra’ Mi’raj, tersebut:
Pertama, tingginya derajat kehambaannya Rasulallah. Seperti dalam surat Al-Isra’ di atas, kata yang digunakan untuk menyebut Nabi Muhammad saw adalah ‘abdu yang berarti hamba. Ini menunjukkan hamba yang benar-benar bertakwa kepada Allah mendapatkan derajat begitu luhur di sisi-Nya. Penyebutan kata abdu yang ditunjukkan untuk Nabi Muhammad tidak hanya terdapat dalam surat Isra' saja, tetapi juga terdapat pada surat lain seperti Al-Baqarah ayat 23 dan Al-Jin ayat 19.
Kedua, sebagai pendakwah yang tangguh. Sebelum peristiwa Isra’ Mi’raj, orang-orang yang Nabi cintai dan mendukung misi dakwahnya sepenuh hati silih berganti meninggal dunia, di sisi lain penindasan kaum Quraisy semakin hebat. Ujian bertubi-tubi yang Allah lakukan ini agar Nabi benar-benar tangguh dalam berdakwah.
Ketiga, kebenaran itu disampaikan meskipun satu ayat.
Seperti yang di alami oleh Rasulullah bahwa Nabi menceritakan apa yang baru dialaminya ke penduduk Makkah. Tentu saja banyak orang yang tidak percaya dengan kabar tersebut karena ceritanya ‘tidak masuk akal’. Ini menunjukkan bahwa kebenaran harus tetap disampaikan, meskipun banyak mendapat penolakan. Sebagainya Rasulullah mengatakan
بلغوا عني ولو اية
Artinya : Sampaikan dari walau satu Ayat.
Keempat, Memulai Syariat dan menghilangka syariat lama yang dilakukan oleh para nabi yang terdahulu. Saat peristiwa Isra’ Mi’raj, Rasulullah saw menjadi imam shalat bagi nabi-nabi terdahulu. Ini bukti bahwa mereka tunduk dan mengikuti risalah Nabi Muhammad saw sekaligus menjadi isyarat bahwa syariatnya telah menghapus syariat nabi-nabi sebelumnya.
Kelima, Istimewanya Masjidil Aqsha bagi umat Muslim. Dalam perjalanan Isra’, masjid yang berada di Palestina itu menjadi tempat tujuan Nabi, sebelum akhirnya bertolak ke Sidratul Muntaha. Ini merupakan indikasi betapa mulianya masjid tersebut. Bahkan masjid ini pernah menjadi kiblat shalat sebelum akhirnya berganti Ka’bah. Pahala shalat Baitul Maqdis (Masjid al-Aqsha) juga 500 kali lipat dibanding masjid biasa.
Keenam, Memperlihatkan peristiwa- peristiwa yang akan terjadi dan dimasa yang akan datang dan termasuk peristiwa yang telah terjadi sebelumnya, hal ini terlihat gambaran yang diperlihatkan Allah menjelang menuju Masjidil Aqsa.
Ketujuh, Shalat adalah kuncinya Ibadah . Malam Isra’ Mi’raj merupakan waktu disyariatkannya shalat lima waktu secara langsung, tanpa melalui perantara Malaikat Jibril sebagaimana syariat-syariat lainnya. Hal Ini menunjukkan shalat shalat merupakan kedudukan yang sangat penting bagi umat Islam. Bahwa shalat yang diwajibkan merupakan dialog umat manusia dengan Tuhannya. Seperti yang ditanyakan oleh sahabat kepada Rasulullah, bahwa Shahat bertanya kepada Rasulullah: ya rasulallah mikramu adalah bertemu dengan Allah, tapi mikraj umatmu gimana ya rasulallah? Di jawab oleh Rasulullah
الصلاة معراج امتي
Artinya: bahwa shalat itu adalah mkrajnya ummatku
Kedelapan Allah menceritakan kepada nabi tentang sorga dan neraka, serta semua yang berkaitan dengan akhirat dan hal-hal gaib lainnya. ‘ilmul yaqin, Nabi mengimaninya tapi belum melihat langsung. Ketika Mi’raj, Rasulullah saw melihat langsung dengan mata kepala beliau sendiri. Ini namanya ‘ainul yaqin. Ketika seseorang sudah sampai pada ‘ainul yaqin, maka kemantapan atas apa yang diyakininya semakin kuat.
Yang jelas kejadian Israk mikraj yang dilakukan oleh Allah terhadap Nabi Muhammad Saw membuat manusia yang beriman kepada Allah bertambah ke yakinan dalam hatinya, bahwa Allah betul- betul maha kuasa atas segala sesuatu, dan juga peristiwa isra' wal mikraj bagi orang- orang kafir membuat mereka semakin kafir .
Komentar